(Bukan) Review Nowhere Boy

Bukan 1, 2, 3 kali saya menonton film satu ini. sudah
berkali-kali saya menikmati “Nowhere Boy” dengan Aaron Johnson sebagai pemeran
utamanya. Laiknya ia memerankan tokoh Charlie Caplin di film Shanghai Knights, Aaron kembali berhasil memerankan seorang legendaris lain seperti John Lennon.

film terbitan 2009 ini sukses mendekatkan kita pada John
Lennon remaja yang pembangkang namun haus kasih sayang. Ya, sejak kecil, John
diasuh oleh mimi (bibinya, yang diperankan oleh Kristin Scott Thomas) dan
pamannya, George (David Threlfall) sejak kedua orang tuanya berpisah.

Mimi,  yang hidupnya
sangat terstruktur memang acap kali bertengkar dengan John Lennon yang susah
diatur sehingga menimbulkan beberapa friksi antara keduanya. Terlebih ketika
John mulai dekat lagi dengan ibu kandungnya, Julia (Anne-Marie Duff).

Kedekatan dengan sang ibu lah yang membuat John berkenalan dengan
musik, Rock N Roll tentu saja. John muda yang belum mengenal musik dibuat
terlena oleh Julia yang begitu menggilai Rock N Roll. Dan Julia pula yang
mengajarkan John bermain alat musik (Banjo).

Sebuah pertunjukkan Elvis Presley pada waktu itu benar-benar
membuat John merubah arah hidupnya. Banyaknya wanita yang menggilai Elvis menjadi
inspirasi tersendiri baginya yang kemudian menjadi superstar sepanjang masa.

Sekembalinya ia dari “pengasingan” di rumah Julia, John
mengumpulkan teman-teman sekolahnya untuk membentuk sebuah band yang diberi
nama The Quarryman dan membawakan lagu berjudul Maggie Mae, yang diajarkan
ibunya. Dan, disini pula awal pertemuan John Lennon dengan Paul McCartney yang
menghadiri pertunjukkan The Quarryman.

Para pecinta film Maze Runner tentu tak asing dengan pemeran
Paul McCartney ini. ya, Thomas Brodie Sangster menjadi pemanis dibalik
kepiawaian Paul mengulik gitar. Paul muda yang kalem sangat bertolak belakang
dengan John dan teman-teman lainnya yang berandalan. Ketika John Lennon dengan
bangga mengatakan musik Jazz sebagai kotoran, Paul dengan tenang menganggap
musik tetaplah musik. Tanpa beda, hanya musik, itu saja.

Kedekatan keduanya pun membawa John bertemu dengan George
Harrison (Sam Bell) yang notabene adalah teman Paul dan membuat mereka semakin
matang dalam bermusik hingga menemui ritme permainan mereka sendiri, jauh
sebelum mereka dikenal sebagai The Beatles.

Ketegangan yang terjadi antara Paul McCartney dan John
Lennon hingga membuat The Beatles pecah sudah terlihat jelas dalam film yang di
sutradarai oleh Sam Taylor Johnson ini, ketika John beberapa kali bersinggungan
dengan Paul. Paul yang merasa memiliki terhadap band tidak terima dengan sikap
John yang semena-mena dan berkuasa.

Bumbu –bumbu yang terjadi di film ini membuat kita kembali
berfikir “pantas saja umur The Beatles hanya seumuran jagung”. Dari awal
pertemanan mereka saja sudah terlihat bahwa mereka saling bersaing, dan tak
jarang menimbulkan dengki.

Kebesaran John Lennon
yang abadi pun sudah tampak dari kehidupan remaja nya yang bergelimang masalah
tapi tak pernah tenggelam dalam setiap masalah yang ia alami. Ia menjadikan
masalah sebagai penuntun menuju kesempurnaan.

Dibalik itu semua, kesuksesan John Lennon tidak terlepas
dari peran keluarganya. Julia, ibunya yang memperkenalkan sang anak pada musik
telah serta membangunkannya dari tidur panjang yang kelam. Lalu Mimi, bibi,
yang sudah dianggap sebagai orang tua telah mengajarkannya bagaimana kerasnya
bertahan hidup. Mimi pula yang memfasilitasi kegiatan musiknya. Dan Ini juga
yang membuat John Lennon tiada henti menghubungi Mimi selama tour nya.

Di balik gemerlapnya kisah John Lennon, film ini juga
menunjukkan bagaimana kehidupan rakyat Inggris pada waktu itu yang memang
mayoritas berasal dari kaum pekerja. Hal ini setidaknya terlihat jelas ketika
John berlari di pinggiran sungai yang penuh dengan pekerja pelabuhan, setelah mendapati
piringan hitam yang ia curi.

Film ini menjadi inspirasi tersendiri bagi saya. Bahwa sekeras
apapun orang tua, mereka tidak pernah mengurangi rasa sayangnya. Dibalik
kerasnya mereka, banyak pula yang dikorbankan untuk kita. Pun dengan John
Lennon. Ia mengajarkan kita bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa dihadapi.
Bahkan ia mengajarkan kita bangkit melalui masalah yang kita alami.

Bahwa dalam pertemanan sering terjadi persinggungan bukan
menjadi soal. Tergantung bagaimana kita menyikapi. Satu, dua persoalan tidaklah
berarti ketika kita selalu bersama berbagi cerita dan cita-cita. Seperti kata
Paul, musik adalah musik. Begitu juga teman. Ia akan selalu menjadi teman,
walau banyak perbedaan didalamnya.

Bagi kalian yang bukan penggemar The Beatles tidak perlu
gengsi untuk menonton film ini. karena ini bukan kisah The Beatles. Ini kisah
John Lennon. Bagaimana ia membangun hidup jauh sebelum The Beatles ada. Agar
kita tahu seberapa besar dia, agar kita memaklumi seberapa pantaskah namanya di
abadikan menjadi bandara di Liverpool sana. Toh, saya yang bukan penggila The
Beatles saja tidak bosan menikmati film Nowhere Boy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages